Minggu, 28 Juli 2013

Scientific Paper ( Karya Ilmiah )


SPIRITUAL LEARNING


1.1 Latar Belakang
Bagi orang Indonesia konflik adalah suatu hal yang harus dihindari. Dan dimata orang Barat orang Indonesia selalu menghindari konflik dengan cara bermusyawarah. Tetapi hal itu sebenarnya kurang benar, karena secara empirik, orang Indonesia juga sering berkonflik dan jarang menggunakan musyawarah untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Contohnya adalah seperti pada konflik Maluku-Ambon yang terjadi pada tahun 1999-2002 yang telah memakan banyak korban.
                Merupakan potret buram hubungan Islam dan Kristen di Indonesia. Persaingan antara pemeluk Islam dan Kristen sebenarnya telah ada semenjak era kolonial, tetapi baru pada Era Reformasi persaingan tersebut berubah menjadi konflik berdarah. Kebijakan untuk menghindari isu SARA di Era Orde Baru ternyata berbuah ledakan konflik setelah tumbangnya kekuasaan Orde Baru.
                Konflik Poso umumnya dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama berlangsung pada tanggal 25-30 Desember 1998 dipicu oleh penyerangan terhadap Ridwan (21 tahun) yang sedang tidur-tiduran di masjid oleh tiga pemuda Kristen yang sedang mabuk. Peristiw atersebut kemudian disusul dengan penyerangan oleh massa Herman Parimo ke sejumlah rumah milik warga muslim. Peristiwa tersebut diakhiri dengan ditangkapnya Herman Primo yang diadili pada awal Januari 1999.
                Konflik Poso fase kedua terjadi pada 15-21 April 2002. Konflik jilid kedua dipicu oleh perkelahian antara pemuda Kristen dan pemuda Islam. Peristiwa tersebut disusul dengan perusakan dan pembakaran rumah, kios, serta bangunan sekolah milik warga Kristen dan mengakibatkan pengungsian kalangan Kristen.
                Konflik Poso Fase ketiga terjadi pada 23 Mei-10 Juni 2001.kerusuhan tersebut dimulai dengan kehadiran pasukan ninja pimpinan Fabianus Tibo. Pada pertengahan Mei mulai terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok Tibo.Puncaknya adalh pembunuhan sekitar 200 santri di Pesantren Walisongo.
                Konflik Poso mengakibatkan 504 orang meninggal, 313 orang terluka, dan sebanyak 7022 rumah terbakar, 1378 rumah rusak berat dan 690 rumah rusak ringan, 31 tempat ibadah rusak, sebuah Pesantren rusak, dan berbagai fasilitas lainnya.7 Konflik fase ketiga adalah yang paling berdarah dalam rangkaian kasus Poso. Konflik Poso diakhiri dengan penangkapan dan penahanan para tersangka, di antaranya adalah hukuman mati terhadap Fabianus Tibo dan penangkapan beberapa warga dari pihak Islam.
            Dalam konflik Poso, institusi agama, seperti gereja dan ormas Islam turut campur. Kasus Poso fase kedua dan ketiga menyebabkan mobilisasi massa dengan menggunakan jaringan agama masing-masing. Gereja menjadi tempat untuk mobilisasi massa Kristen, sementara itu Ormas-ormas Islam menjadi sarana untuk mengumpulkan dukungan untuk membantu sesama muslim. 
            Secara acak, konflik Poso masih belum sepenuhnya reda sampai beberapa waktu kemudian dengan adanya mutilasi tiga orang siswi Kristen dan pembunuhan seorang pendeta. Kasus Poso kemudian juga menarik perhatian internasional, terutama setelah terjadinya kasus World Trade Centre 11 September 1999. pemerintah Indonesia mendapatkan tekanan dari pihak asing untuk menyelesaikan kasus Poso dan menekan kelompok-kelompok Islam yang dituduh sebagai Jemaat Islamiyah.
                Konflik Islam-Krisren ini adalah termasuk konflik yang memakan korban yang banyak dan memakan waktu yang lama yaitu mulai pada tahun 1999 sampai 2002, serta mengundang perhatian dari elemen-elemen masyarakat di tingkat nasional maupun internasional. Konflik tersebut bermula di kota Ambon, namun pada perkembangannya merembet ke daerah-daerah lain, seperti Ternate, Tidore, dan Halmahera.
                Menurut Jan S. Aritonang, konflik di Maluku sebenarnya sudah lama terjadi, bahkan semenjak abad ke-16. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Pengkajian Kerukunan Umat Beragama (LPKUB), 5 tahun sebelum konflik berbagai ketegangan terjadi antara dua kelompok pemeluk agama yang berbeda tersebut telah terjadi berbagai ketegangan antara kedua belah kelompok, yang meliputi masalah-masalah berikut:
a.       Pernikahan beda agama (71 kasus)
b.      Pendirian tempat ibadah (51 kasus)
c.       Penyiaran agama (48 kasus)
d.      Penodaan terhadap agama (37 kasus)
e.      Kegiatan aliran sempalan (35 kasus)
f.        Perayaan hari-hari besar agama (32 kasus)
g.       Bantuan luar negeri (21 kasus)
h.      Lainnya (5 kasus) 

                Dengan demikian, konflik Maluku sebenarnya telah berakar lama, dan dia antaranya didukung oleh kebijakan pemerintah kolonial yang berat sebelah terhadap masyarakat Kristen. Pemeluk Kristen mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan di pemerintahan (ketentaraan) dan mendapatkan gaji lebih besar dibandingkan penduduk muslim.
                Konflik sosial di Maluku dimulai dengan kerusuhan di Ambon yang terjadi pada tanggal 19 Januari 1999 yang dipicu oleh pertikaian antara sopir angkot Yopie dan Salim di terminal batu Merah. Kerusuhan tersebut kemudian membesar dan menjadi konflik terbuka antara penduduk muslim dan penduduk Kristen. Kedatangan preman Ambon dari Jakarta pasca kasus Ketapang, ditengarai menjadi salah satu sebab mengapa konflik tersebut berkembang menjadi konflik terbuka.Konflik tersebut menjadi keprihatinan luas karena terjadi ketika umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri.Konflik tersebut segera menarik perhatian umat Islam di Jawa, khususnya Laskar Jihad pimpinan Jafar Umar Thalib.
                Konflik Maluku sampai tahun 2000 mencatatkan korban yang besar.Menurut data Republika, di Ambon dan sekitarnya sampai tahun 200, tercatat 8000-9000 korban jiwa, dan 700.000 orang mengungsi. Sementara itu, menurut Harian Kompas tercatat 38 gedung pemerintahan, 4 bank, 719 toko, 45 masjid, 47 gereja, 198 kendaraan roda empat, 128 kendaraan roda dua, dan 7046 rumah rusak.

1.2  Rumusan Masalah
a. Apa saja yang menjadi tantangan kerukunan umat beragama di Indonesia?
b. Bagaimana pemecahan masalah kerukunan umat beragama di Indonesia?
1.3  Tujuan Penulisan
a. Menjelaskan tantangan kerukunan umat beragama di Indonesia
b. Menjelaskan cara pemecahan masalah kerukunan umat beragama di Indonesia
1.4  Manfaat Penulisan
a. Memberikan gambaran tentang keanekaragaman agama di Indonesia
b. Mendidik jiwa agar memiliki sikap saling menghormati terhadap umat beragama lain
c. Meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT






















2.1 Tantangan kerukunan umat beragama di Indonesia
            Berdasarkan sudut pandang kebahasaan, bahasa Indonesia pada umumnya “agama” dianggap sebagai kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya “tidak kacau”. Agama diambil dari dua akar suku kata, yaitu “a” yang berarti “tidak”, dan “gama” yang berarti “kacau”.Hal itu mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar “tidak kacau”. Menurut inti maknanya yang khusus, kata agama dapat disamakan dengan kata religion dalam bahasa Inggris, religie dalam bahasa Belanda, keduanya berasal dari bahasa Latin, religio, dari
akhir kata religare yang mberarti mengikat. Jadi agama dapat diartikan juga dengan suatu yang dijadikan acuan untuk manusia dalam ,menjalani hidup supaya kehidupan manusia tidak kacau dan agama bersifat mengikat para penganutnya dengan aturan-aturannya.
           Agama dapat menjadi sarana manusia untuk mengangkat diri dari kehidupan duniawi yang penuh penderitaan, mencapai kemandirian spiritual.Agama memperkuat norma-norma kelompok, sanksi moral untuk perbuatan perorangan, dan menjadi dasar persamaan tujun serta nilai-nilai yang landasan keseimbangan masyarakat.Agama juga sebagai jawaban atas pertannyaan yang tidak bisa dijawab oleh akal manusia dan teknologi yang berkembang saat ini.
            Agama juga mempunyai fungsi yang tidak dapat dilepas dari tantangan-tantangan yang dihadapi manusia dan masyarakatnya. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan analisis bahwa tantangan-tantangan manusia dapat terbagi menjadi 3 hal: ketidakpastian, ketidakmampuan, dan kelangkaan. Untuk mengatasi itu semua manusia lari kepada agama, karena amanusia percaya dengan keyakinan yang kuat bahkan agama memiliki kesanggupan yang definitive untuk menolong manusia.Dengan kata lain manusia memberikan suatu fungsi tertentu pada agama.
Adapun fungsi agama:
1         Fungsi edukatif
                Agama memiliki peranan penting dalam kehidupan.Tanpa agama manusia tidaklah memiliki pengetahuan spiritual.Ibarat anak ayam kehilangan induknya.Disisi lain,agama akan membimbing kita menuju puncak spiritual.
                Siapakah Sang Pencipta seluruh alam dan seisinya?Apakah Tuhan itu sama dengan ciptaannya?Dimanakah tempat tinggal Tuhan?Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan muncul dalam benak kita sebagai makhluk yang berakal.
2         Fungsi penyelamatan
              Konflik bukan selalu mengandung makna yang disfungsional tetapi juga dapat menjadi suatu yang fungsional. Dalam artian lain konflik dapat menjadi tempat untuk mendorong terjadinya perubahan menuju pada suatu kondisi yang lebih baik. Experienxe is the best teacher”.
               Konflik agama timbul karena sikap fanatisme para pemeluk agama yang berlebihan. Hal inilah yang kemudian sering menimbulkan tingkah laku yang berlebihan yang kemudian dapat memicu rasa benci pada pemeluk agama lain.
            Jika dilihat Indonesia adalah negara yang mempunyai keragaman dalam banyak hal, dari Suku, Bahasa, Budaya, dan tidak terlepas dengan agama. Bahkan agama yang di Indonesia yang diakui oleh negara ada 5 yaitu, Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Katolik, bahkan pada saat pemerintahan mantan presiden KH. Abdul Rahman Wakhid, yang sering dipanggil dengan sebutan Gusdur, beliau mengakui keberadaan Konghucu di Indonesia, yang dulu tidak diakui keberadaannya, maka dari itu semakin bertambah pula beragam agama di Indonesia. Tetapi yang sering terjadi di Indonesia adalah konflik antara umat agama Islam dan Kristen.
            Keanekaragaman keimanan inilah yang menjadikan Indonesia rawan konflik dan jika kita menelaah lebih dalam maka yang banyak terjadi adalah konflik antara agama Islam-Kristen, karena sudah banyak yang menguatkan tentang ini. Ini dikarenakan Di Indonesia, fundamentalisme agama masih begitu kelihatan, terutama bagi golongan Kristen dan Islam. Konflik berdarah antara Islam Kristen di Ambon, Poso, dan beberapa wilayah lain yang berbuntut pengerusakan dan penghancuran rumah ibadat serta pembunuhan menjadi indikasi adanya kelompok-kelompok fundamentalis sempit ini. Walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya benar jika meletakkan kesalahan pada sikap fundamentalis ini sebagai satu-satunya motif dari konflik tersebut, tetapi sikap ini dapat menjadi pemicu terjadinya konflik tersebut
           












2.2 Solusi pemecahan masalah kerukunan umat beragama di Indonesia
            Jika ditelaah lebih lanjut maka konflik antar agama di Indonesia secara khusus akan mengancam equilibrium masyarakat yang sensitif bagi masyrakat Indonesia. Olek karena itu perlu dipahami apa penyebab atau latar belakang konflik antar agama di Indonesia itu terjadi.Penyebab sebenarnya adalah Syaitan.



Artinya :”Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”(Q.S. Al Isra` :53).
Mari kita luangkan sejenak kembali merengkuhi serpihan-serpihan rindu hati, akan kemulian Islam di masa lalu.Agar menjadi motivasi yang menyatukan langkah dalam satu janji. Janji kepada Allah SWT dan Rasulullah..Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Bukan dari golongan kita (golongan kami) barangsiapa yang beramal bukan dari sunnah kita (sunnah kami)”. (H.R Ad Dailami)
            Masa kekhalifahan Umar Bin Khattab Ra terjadi pertempura antara muslimin Mekkah melawan Kaum Byzantium (Nasrani).Pada pertempuran tersebut kemenangan berhasil diraih oleh kaum.Meskipun Umar Ra beserta pasukannya berhasil memenangkan battle tetapi beliau tetap rendah hati.Beliau justru membuat suatu perjanjian dengan kaum Byzantium yang dikenal dengan perjanjian Aelia.
Perjanjian Aelia (istilah lain Yerusalem) adalah perjanjian yang menjamin keamanan nyawa dan harta benda segenap penduduk Byzantium (Yerussalem), juga keselamatan gereja, dan tempat-tempat suci lainnya.
Perjanjian Aelia secara garis besar berbunyi: "Inilah perdamaian yang diberikan oleh hamba Allah Umar, Amirul Mukminin, kepada rakyat Aelia: dia menjamin keamanan diri, harta benda, gereja-gereja, salib-salib mereka, yang sakit maupun yang sehat, dan semua aliran agama mereka. Tidak boleh mengganggu gereja mereka baik membongkarnya, mengurangi, maupun menghilangkannya sama sekali, demikian pula tidak boleh memaksa mereka meninggalkan agama mereka, dan tidak boleh mengganggu mereka. Dan tidak boleh bagi penduduk Aelia untuk memberi tempat tinggal kepada orang Yahudi.”
Saat Umar melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem,lagi-lagi ia berjalan seperti layaknya seorang musafir biasa. Tidak ada pengawal.Beliau menunggang seekor kuda yang biasa, dan menolak menukarnya dengan tunggangan yang lebih pantas.

Di pintu gerbang kota Yerusalem, Khalifah Umar disambut Partiarch Yerusalem, Uskup Agung Sophronius, yang didampingi oleh pembesar gereja, pemuka kota, dan para komandan pasukan Muslim. Para penyambut tamu agung itu berpakaian berkilau-kilauan, sedang Umar hanya mengenakan pakaian dari bahan yang kasar dan murah.Sebelumnya, seorang sahabat telah menyarankan untuk mengganti dengan pakaian yang pantas, namun Umar berkata bahwa dirinya mendapatkan kekuatan dari statusnya berkat iman Islam, bukan dari pakaian yang dikenakannya. Saat Sophronius melihat kesederhanaan Umar, dia menjadi malu dan mengatakan,"Sesungguhnya Islam mengungguli agama-agama mana pun."
Pembelaan kepada Ulil Abshar Abdallah selaku koordinator Jaringan Islam Liberal (JIL) sekaligus mantu dari K.H Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus. Ulil  diklaim sebagai orang kafir yang merusak akidah dan syariat Islam. Gus Dur meluruskan kesalahan orang-orang yang mengklaim bahwa mudahnya mengkafirkan seseorang, sesuai dengan Hadist Nabi Muhammad; ”Barangsiapa mengkafirkan saudara yang beragama Islam, justru ialah yang kafir”.
Sikap yang ditunjukan Gus Dur bahwa Islam bukanlah cover tapi hakikat dan penghayatan. Hal ini senada juga dilakukan oleh sesepuh sufi akbar, yang bernama Dzunnun Al Mishri. Dzunnun Al Mishri, seorang sufi yang sibuk keluar masuk penjara untuk menolong orang yang tidak bersalah sekaligus berdakwah di jalan Allah, hingga akhirnya kekuasaan sultan Mesir yang lalim kala itu jatuh karena akhlak sang sufi mulia, seperti yang diajarkan Rasululloh. Sunan Kalijaga atau Raden Syahid Sang sufi nusantara sekaligus bagian dari walisongo, selalu sibuk keliling desa untuk ’macul bareng’ dan berdakwah. Begitupula dengan almarhum K.H Hamim Djazuli atau sapaan akrabnya Gus Mik.Gus Mik yang terkenal sebagai ’papi-nya germo dan pelacur’ ini tidak segan-segan ’melepaskan’ baju islamnya.Beliau keliling kampung Dolly untuk ’indehoy’ bersama pelacur dalam dakwah yang tak jemu-jemu.
Kesederhanaan Gus Dur itulah sebagai bentuk kezuhudan, tanpa memikirkan materi yang berlebihan namun tetap qona’ah (menerima apa adanya) dan istiqomah dalam memperjuangkan kebenaran.Penulis  yakin bahwa Gus Dur adalah seorang waliyulloh (wali hawariyyun). Hal ini bisa dibuktikan ketika beliau wafat jutaan pelayat tidak segan-segan melayat, menyolatkan dan melantunkan doa untuk beliau. Bahkan Allah sendiri yang membuktikan kewaliyannya pada bulan Januari 2011 silam ketika terjadi ambles pada makam beliau. Ketika itupula Allah menunjukkan jasadnya dan kain kafan utuh tanpa cacat yang disaksikan oleh para pengurus pondok pesantren Tebuireng, Jombang. Adakah pemimpin lain yang memiliki spirit seperti Gus Dur dalam hal jiwa sosial maupun spiritual agamanya?.
Untuk konteks seperti Indonesia, yang paling baik bagi para pemeluk agama sedapat mungkin saling bersilaturahmi termasuk dalam menjalankan pelayanan sosial mereka sehingga hal-hal negatif dan saling curiga akibat tidak saling mengerti bisa kita hapuskan. Gus Dur telah mengajarkan kepada kita umat islam untuk saling menghormati umat yang beragama lain.Apa manfaat menghabiskan energi untuk saling berkonflik?Masih layakkah kita manyandang sebagai makhluk yang berAKAL?
   Kemajemukan agama seharusnya juga tidak menjadi penghalang untuk hidup bersama, berdampingan secara damai dan aman. Bahkan, kemajemukan agama tidak menghalangi umat beragama untuk membangun suatu  negara yang bisa mengayomi dan menghargai keberadaan agama-agama tersebut. Adanya saling pengertian dan pemahaman yang dalam mulai dari tingkat akar-buah dengan baikmenjadi modal dasar yang sangat menentukanuntuk memperbaiki kualitas bangsa ini. Jika masing-masing pemeluk agama memegang moralitas dan etikanya masing-masing, maka kerukunan, perdamaian dan persaudaran bisa terwujud.




Artinya :”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. Al Maa`idah : 8)
“Janganlah membenci sesuatu secara berlebihan karena bisa jadi itulah yang anda cintai sebaliknya jangan pula mencintai sesuatu secara berlebihan karena bisa jadi itulah yang anda benci”.














3.1 Simpulan
Sebagai seorang muslim kita harus menjaga kerukunan umat beragama.Keanekaragaman agama hendaknya dijadikan modal untuk meningkatkan syukur kepada Allah SWT.Memang agama islam merupakan satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah SWT tetapi belum tentu kita termasuk golongan orang yang benar karena kebenaran hanya dimiliki oleh Allah azza wa jalla.
3.2 Saran
Mari kita sucikan hati dengan berdzikrulloh karena dengan demikian akan meningkatkan rasa syukur dan kemuliaan kepada Allah SWT.



















Daftar Pustaka
Anonim.1989.Interaksi Antar Suku Bangsa dalam Masyarakat Majemuk.Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah  dan Nilai Tradisional.
Anonim.2003.Konflik Komunal di Indonesia Saat Ini.Jakarta:Leiden.
Hendropustito, D.1984.Sosilogi Agama.Yogyakarta:Kanisisus.
Johnson, Doyle Paul.1986.Teori Sosiologi Klasi dan Modrn Jilid 1.Jakarta:PT Gramedia.
Kahmad, Dadang.2002.Sosiologi Agama.Bandung:PT Remaja Roskadarkarya.
Miall hugh, et all.2002.Resolusi Damai Konflik Kontemporer.Jakarta:PT Grafindo Persaja.  
Salim, Agus.2007.Teoei Sosiologi Klasik dan Modern.Semarang:Universitas Negeri Semarang Pres.
Winardi.2007.Manajaman Konflik.Bandung:Mandar Maju.
Artikel  konflik islam - kristen di era reformasi olehAhwan Fanani.
Artikel hubungan antaragama di Indonesia : Tantangan dan Harapan oleh  Zainul Abas,Dosen STAIN Surakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar